Bertarung Bersama Impian


Sedang mencari para pendekar kota

Memutuskan menulis lagi . Entah hanya latah karena membaca keseruan blog seseorang, atau akan keterusan. Ah malu melihat begitu lamanya gap antara postingan sebelumnya. Mulanya kupikir blogger sudah men-suspend alamat ini, tapi syukurlah masih ada.

Jika tiap orang ditanya tentang impian atau cita-cita, akan berbeda tentunya variasi jawabannya. Bahkan ada yang kebingungan dan menjawab "Ngalir sajalah". Entah kapan aliran itu berhenti. Berbelok ke saluran irigasi, bercampur sampah yang dibuang oleh manusia jahat, bahkan berbaur dengan kotoran nganu. Maaf, tidak bermaksud buruk menyudutkan. Tapi syukurlah Tuhan memberiku impian yang masih terjaga. Mungkin hanya termodifikasi sedikit. Karena kenyataan tak bisa kita pungkiri.


Animate by Nadzif

Impian adalah aliansi, sedangkan peran penjahat ada di sisi kenyataan. Memang tak ada habisnya bicara kenyataan. Bahkan salah-salah kita akan depresi dibuatnya.
Bicara impian, dari dulu tidak berubah.
"Bercerita lewat karya" dan
"Menggambar Sebagai Profesi"
Entah akan jadi Illustrator, Animator, atau Komik artist (komikus/cergamis). Namun kenyataannya masih jadi "profesi jadi-jadian".
Kenyataannya masih mahasiswa. Semester akhir yang entah kapan akhirnya. Nominal nya sudah dua digit. Betapa akhir terakhirnya status mahasiswa tersebut. Hahaha aku tertawa.
Kurasa hampir setengah jatah usia mahasiswaku tersedot untuk menggali ilmu menuju impian. Tapi aku tetap bersyukur dengan sekarang.

Kenyataan itu yang membuat kami berputar arah, menyusun strategi, bertarung lagi bahkan sering sekali menerima kekalahan. Jika menyalahkan kenyataan pasti akan dianggap lemah. Memang sepertinya begitu.
Kejawasentrisan salah satunya jadi penyebab. Apalagi ekosistem industri kreatifnya. Menyalahkan pemerintah karena kesenjangan juga bukan hal baik. Wong malah salah satu misi impianku memajukan industri kreatif negeri. Walau begitu kenyataannya, tetap memutuskan berdarah-darah di bumi swarnadwipa bagian selatan, survive dengan profesi industri kreatif. Darah yang bercucur tidak seimbang dengan nutrisi yang dikonsumsi. Kurang gizi lalu sekarat tak berdaya. Mencoba mengajak para perupa murni, tapi nyatanya sulit. Ketertarikan mereka pada hal ini tidak ada. Salah-salah malah jadi debat tiada akhir.
Tapi aku sudah cukup senang dengan silaturahmi pada komunitas lain yang relate. Akan lebih senang bila dapat kolaborasi.

Detik akhir usia mahasiswa ini akan ku tutup dengan sesuatu karya baru. Media baru dan juga ilmu baru, yang semoga terwujud. Fragment impian lain yang harusnya dikerjakan kolektif tapi di embat sendiri. Hahaha nasib, berdiri sendiri di kota ini.


.*bersambung
Suka artikel ini ?

About Nadzif Fajar

Admin Blog

Join This Site Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon

Silakan berkomentar dengan sopan